26 February 2012

Timbanglah Diri Sebelum Ditimbangkan


M
arilah kita sejenak menundukkan pandangan kita ke bawah iaitu ke tanah di mana kita berasal dan ke sana pula akhir hidup kita.

Mari kita luangkan waktu sedikit sahaja untuk:

  Merenungi diri
  Bertafakur
  Muhasabah
  Membuat penilaian terhadap diri kita

Sebelum Allah Yang Maha cermat perhitunganNya menghisab kita di Yaumul Akhir.

Rasulullah saw bersabda:

“Hisablah diri kamu sebelum kamu dihisab, timbanglah diri kamu sebelum kamu ditimbang, kerana sungguh mudah hisab di hari kiamat bagi orang yang melakukan hisab di dunia. Maka berhias dirilah dengan amal soleh untuk sebuah peristiwa besar pada hari kiamat.”

Kita tidak tahu bila Allah menghisab setiap lembaran kehidupan kita. Bahkan kita tidak tahu bila degupan jantung kita akan berhenti samada setahun lagi, sebulan lagi, sejam lagi, atau mungkin setelah kita membaca catatan ini. Tidak ada yang tahu, bahkan boleh jadi kita sudah tidak dapat berdiri lagi dari tempat duduk kita sendiri selepas ini.

Kebaikan apakah yang kita lakukan dan akan kita bawa sebagai bekalan perjalanan keabadian menuju negeri akhirat yang panjang dan berliku.

“Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS Al Hasyr: 18)

“Dan tidak seorang pun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya esok. Dan tidak seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS Luqman : 34)

Sangat banyak nikmat dan kurniaan yang Allah berikan kepada kita yang ternyata tidak berkadar lurus dengan kesyukuran dan ketaatan kita kepadaNya.

Entah mengapa kurniaan dan nikmat yang banyak itu, justeru jatuh kepada kita yang kini sedang bermunajat dan bertafakur ini.

Padahal jika kita berani bersikap jujur, apalah kelebihan kita?

Apakah keunggulan kita dibandingkan dengan orang lain?

Cubalah tengok diri kita ini!!!

Kita hanyalah selonggok daging berbalutkan tulang yang terus membungkus aib dan maksiat dari hari ke hari yang kita jalani.

Seandainya dosa dan maksiat yang kita lakukan, menimbulkan bau busuk, maka sungguh tiada seorangpun yang ingin duduk dan bergaul dengan kita kerana sungguh bumi tempat berpijak kita ini akan dipenuhi dengan berbagai macam bau busuk maksiat.

Tahukah kita bahwa pada hari kiamat nanti, mulut kita akan terkunci membisu. Satu huruf pembelaan pun tidak kuasa kita lontarkan kerana mulut kita ditutup rapat oleh Allah swt.

Segala anggota tubuh kita akan diminta pertanggungjawaban secara langsung oleh Allah swt:

Tangan kita akan membuka tutupan maksiat yang pernah kita lakukan semasa di dunia.
Kaki kita akan menjadi saksi terhadap setiap langkah-langkah yang pernah kita ayunkan menuju tempat maksiat.
Mata dan telinga juga akan menjerat kita dengan persaksian yang sangat cermat tentang segala maksiat yang pernah kita lihat dan dengar.
Bahkan fikiran-fikiran kotor yang sering menari-nari dalam benak kita dan khayalan yang merasuki hati kita pun diketahui dan diawasi dengan cermat oleh Allah swt.

“Pada hari kiamat itu Kami tutup mulut mereka dan berkatalah kepada Kami tangan mereka dan memberi kesaksianlah kaki mereka terhadap apa yang dahulu mereka usahakan”. (QS Yaasin : 65)

“Sehingga apabila mereka sampai ke neraka, pendengaran, penglihatan dan kulit mereka menjadi saksi terhadap mereka tentang apa yang telah mereka kerjakan. Dan mereka akan berkata kepada kulit mereka: “Mengapa kamu menjadi saksi terhadap kami?” Maka kulit mereka menjawab: “Allah yang menjadikan segala sesuatu pandai berkata telah menjadikan kami pandai (pula) berkata, dan Dialah yang menciptakan kamu pada kali yang pertama dan hanya kepada-Nyalah kamu kembali.” (QS Fushshilat: 20-21)

Tidak hairan apabila bencana demi bencana yang menimpa kita. Kesulitan atau masaalah yang menimpa kita tidak lain adalah kerana hasil usaha tangan kita sendiri.

Jangan jadikan diri kita sebagai bahan bakar api neraka disebabkan kita tidak syukur nikmat Allah swt. Percikan api dunia sahajapun kita tidak sanggup menghadapinya, apa lagi menghadapi api jahanam yang 70 kali lebih panas dari api di dunia.

Gunakanlah segala nikmat Allah berupa anggota tubuh badan yang lengkap sesuai dengan fungsinya yang diperintahkan olehnya.

Ingatlah firman Allah swt :

“Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka Jahanam kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak di pergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak di pergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakan untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai”. (QS Al A’raf : 179)

Dalam masalah ibadah pun, kita sukar merasakan kenikmatannya.

Membaca Al-Qur’an semakin terasa hambar.
Malah dalam sesetengah situasi terasa bosan membacanya.
Kenikmatan mentadabbur isi kandungannya juga telah lama hilang.

Penyebab utamanya boleh jadi kerana hati kita yang penuh dengan debu-debu kemaksiatan serta dicemari dengan segala macam perlakuan yang hina.

Utsman bin Affan ra berkata :

“Seandainya hati kamu bersih dan suci, maka tentulah hati itu tidak akan pernah merasa bosan oleh Kalam Tuhan.”

Janganlah membayangkan yang jauh :

Sekadar memahami bacaan solat sahaja pun kadang-kadang kita tidak mampu.
Solat kerap kali tidak khusyuk.
Ketika sujud tersungkur pun kita jarang teringat akan Allah.

Kita sebenarnya belum secara maksima melaksanakan solat-solat wajib secara sempurna seperti yang diperintahkan.

Kita masih sering lalai dan tidak mengerjakannya tepat pada waktunya secara berjamaah di masjid terutama solat subuh dengan berbagai macam alasan :

Mengantuk
Tertidur.
Malas.
Masjid jauh.

Apatah lagi dengan solat-solat sunnah, solat malam, solat rawatib, sholat dhuha atau sekadar witir sebelum tidur.

Tidak hairan, apabila kita tidak sanggup merasakan nikmatnya kekhusyu’an solat dan pengaruhnya dalam relung-relung hati dan sendi-sendi kehidupan kita, maka kita juga sukar untuk merasakan kebahagiaan dan ketenangan sebagai buah dari ibadah dan ketaatan itu ataupun juga menghadapi kesuiltan untuk sekadar mencegah diri kita dari perbuatan keji dan mungkar.

Tidakkah kita mahu merenungi untaian sabda Rasulullah saw yang menggambarkan siksaan dan penderitaan yang dialami oleh orang-orang yang tidak melaksanakan solat secara berjamaah kerana alasan tidur misalnya?

“Lalu kami mendatangi seorang laki-laki yang tidur terlentang dan laki-laki lain berdiri di dekatnya dengan sebuah batu besar yang ia bawa. Lalu batu itu dijatuhkan ke kepala (orang yang terlentang itu), sehingga kepalanya pecah dan batu itu menggolek ke sana ke mari, lalu orang yang berdiri itu mengikuti dan mengambil batu itu. Dan ketika ia kembali, ternyata kepala orang yang terlentang itu telah pulih kembali seperti sedia kala. Lalu batu itu dijatuhkan ke kepala orang yang terlentang itu seperti di awal tadi….

Dan ketika Rasulullah menanyakan perkara itu kepada kedua malaikat itu, dengan berkata: Subhanallah siapa mereka ini?

Kedua malaikat itu menjawab :

“Adapun laki-laki yang terlentang yang kita datangi dengan kepala yang hancur kerana batu besar itu, adalah orang yang mengambil Al-Qur’an tetapi ia menolaknya dan tidak melaksanakan solat wajib kerana tidur”. (HR Bukhari)

Bukankah solat ini yang pertama kali dihisab pada hari kiamat, jika solat kita ini diterima maka seluruh amalan kita yang lain akan mudah perhitungannnya.

Rasulullah saw bersabda :

“Yang paling pertama dihisab pada diri seorang hamba pada hari kiamat adalah solat, bila solatnya baik maka seluruh amalan yang lain juga akan baik. Dan bila solat ini tidak baik, maka seluruh amalan yang lain pun akan menjadi rusak.”

Jangan kita biarkan muhasabah ini kehilangan gemanya dan hanya menjadi deretan kata-kata tanpa makna.

Marilah kita bulatkan azam untuk :

Meninggalkan segala maksiat.
Singsingkan lengan baju untuk lebih meningkatkan kualiti dan kuantiti ibadah kita.

Semua ini kita lakukan agar muhasabah ini benar-benar memberi manfaat kepada kita serta menjadi cerita nostalgia nanti ketika kita semua dikumpulkan oleh Allah di syurga firdausNya nanti, InsyaAllah.

Akhir kata, marilah kita bersama menadahkan tangan, menundukkan kepala, melantunkan doa pengharapan kepada yang pintu kasihNya tidak pernah ditutup iaitu kepada “Ar-Rahman dan Ar-Rahim, Rabbul izzati wal jabarut”.

Ya Allah, Tuhan Yang Maha Mendengar, tiada Ilah yang berhak disembah selain Engkau.

Ya Allah, inilah kami, hamba-hambaMu yang hina, kami menadahkan tangan menghiba kepadaMu. Sehina apapun kami, kami adalah makhluk ciptaanMu. Kami memohon dengan penuh kerendahan hati, ampunilah dosa-dosa kami.

Ya Allah, ampunilah sebusuk manapun diri-diri kami, ampunilah segenap apapun masa lalu kami dan ampunilah sehina apapun aib-aib kami.

Wahai Allah Yang Maha Mendengar, ampunilah ibu bapa kami, ampunilah segala kezaliman kami kepada ibu bapa kami. Andaikata kedurhakaan kami menjadi penggelap kehidupan mereka, maka jadikanlah kami ketika ini menjadi anak yang soleh yang dapat menjadi cahaya bagi kehidupan ibu bapa kami, di dunia dan di akhirat. Kurniakanlah bagi keluarga-keluarga kami rumah tangga yang sakinah. Jangan jadikan rumah tangga kami menjadi rumah tangga yang penuh bencana.

Ya Allah, berilah kepada kami kepercayaan dan kesempatan memiliki keluarga dan anak keturunan yang lebih baik dari diri kami. Jangan biarkan mereka mencoreng aib di wajah kami, ampunilah jika kami salah mendidik mereka ya Rabb.

Ya Allah, jangan biarkan isteri dan anak-anak kami menghujah kami kelak di akhirat. Ya Rabb, utuhkan kemuliaan mereka di dunia, utuhkan pula kemuliaan mereka di syurga.

Ya Allah, berikanlah kami rasa takut kepadaMu yang sentiasa menghalangi kami dari kemaksiatan. Berilah pula kepada kami ketaatan yang kelak akan menghantarkan kami ke syurgaMu dan keyakinan yang meringankan beban musibah dunia yang menimpa kami.

Ya Allah, perbaikilah agama kami yang menjadi pangkal seluruh urusan kami, perbaikilah dunia kami yang menjadi penghidupan kami dan perbaikilah akhirat kami yang menjadi tempat kembali kami. Jadikanlah kehidupan ini sebagai wasilah menambah kebaikan bagi kami dan jadikanlah kematian sebagai tempat istirehat bagi kami dari kejahatan.

Ya Allah, sesungguhnya buah kebatilan itu telah matang dan kini tiba saatnya untuk memenggalnya, maka turunkanlah dari langit kebenaran sebuah tangan yang kuat yang akan memenggalnya dan singkapkanlah tabir kegelapan yang menutupi mata hati manusia dari melihat cahaya kebenaranMu. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa melakukan itu, Ya Allah.”

Ameen Ya Rabbal Alameen

Wan Ahmad Senadi

0 comments:

Post a Comment

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More