Tawakal dan Berserah diri pada Allah

Allah akan mencukupkan segala keperluannya. Barangsiapa berpegang teguh dengan agama Allah, nescaya Allah akan menyelamatkannya. Barangsiapa menyerahkan segala urusannya kepada Allah, nescaya Allah akan memberinya petunjuk.

Solat Wajib Berjemaah..27x Pahala..

Diriwayatkan daripada Ibnu Umar r.a. katanya, Sesungguhnya Rasulullah bersabda, Sembahyang berjemaah itu lebih baik dari mendirikan sembahyang secara bersendirian sebanyak dua puluh tujuh darjat iaitu ganjaran ;. (H.R. Bukhari dan Muslim)

Taqwa Adalah Kemulian, Mati Suatu Kepastian

Sabda Baginda lagi: Maksudnya: “Hendaklah kamu bertaqwa di mana sahaja kamu berada. Ikutilah setiap kejahatan (yang kamu lakukan) dengan kebaikan, moga-moga kebaikan itu akan menghapuskan kejahatan. Bergaullah dengan manusia dengan akhlak yang baik.” (Riwayat At Termizi dan Ahmad).

Allah Tambah Nikmat Jika Bersyukur

Orang yang bersyukur kepada Allah akan memperbanyakkan ucapan syukur dan terima kasih kepadaNya. Mereka akan mengerjakan ketaatan kepada Allah dan akan membesarkan nikmat sekalipun nikmat itu kecil

Sudah Solat?. Sesungguhnya Mati Itu Pasti

Sembahyang adalah amalan pertama yang dihisab oleh Allah pada akhirat nanti Dan ingatlah mati, sesungguhnya malaikat maut menjenguk kamu 70 kali sehari semalam 24 jam.

Ucapan Kalimat Thayyibah Seorang Muslim

Kalimat thayyibah yang termasuk ke dalam amalan yang baik dan mampu membentuk pribadi sorang muslim yang selalu ingat dan berhubungan dengan Allah SWT. Dalam kehidupan sehari-hari alangkah baiknya membentuk budaya biasa mengucapkannya

28 April 2014

Kisah Benar di Makkah – Peringatan Allah Untuk Remaja Yang Meninggalkan Solat

Assalamualaikum dan selamat sejahtera, ini ada suatu kisah menarik yang boleh dijadikan iktibar kepada kita semua. Kisah ini dipetik dari Majalah Indonesia jadi penggunaan bahasa adalah Bahasa Indonesia yang mudah difahami oleh kita semua.. InsyaAllah..

Kisah nyata ini diceritakan sendiri oleh pelakunya dan pernah disiarkan oleh Radio Al Qur’an di Makkah al Mukarramah. Kisah ini terjadi pada musim haji beberapa tahun yang lalu di daerah Syu’aibah, yaitu daerah pesisir pantai laut merah, terletak 110 Km di Selatan Jeddah.

Sekadar gambar hiasan
Pemilik kisah ini berkata:
Ayahku adalah seorang imam masjid, namun demikian aku tidak shalat. Beliau selalu memerintahkan aku untuk shalat setiap kali datang waktu shalat. Beliau membangunkan ku untuk shalat subuh. Akan tetapi aku berpura-pura seakan-akan pergi ke masjid padahal tidak.
Bahkan aku hanya mencukupkan diri dengan berputar-putar naik mobil hingga jama’ah selesai menunaikan shalat. Keadaan yang demikian terus berlangsung hingga aku berumur 21 tahun. Pada seluruh waktu ku yang telah lewat tersebut aku jauh dari Allah dan banyak bermaksiat kepada-Nya. Tetapi meskipun aku meninggalkan shalat, aku tetap berbakti kepada kedua orang tuaku.
[Inilah sekelumit dari kisah hidupku di masa lalu]
Pada suatu hari, kami sekelompok pemuda bersepakat untuk pergi rekreasi ke laut. Kami berjumlah lima orang pemuda. Kami sampai di pagi hari, lalu membuat tenda di tepi pantai. Seperti biasanya kamipun menyembelih kambing dan makan siang. Setelah makan tengahari, kamipun mempersiapkan diri turun ke laut untuk menyelam dengan tabung oksigen. Sesuai aturan, wajib ada satu orang yang tetap tinggal di luar, di sisi kemah, hingga dia bisa bertindak pada saat para penyelam itu terlambat datang pada waktu yang telah ditentukan.
Akupun duduk, dikarenakan aku lemah dalam penyelaman. Aku duduk seorang diri di dalam kemah, sementara disamping kami juga terdapat sekelompok pemuda yang lain. Saat datang waktu shalat, salah seorang diantara mereka mengumandangkan adzan, kemudian mereka mulai menyiapkan shalat. Aku terpaksa masuk ke dalam laut untuk berenang agar terhindar dari kesulitan yang akan menimpaku jika aku tidak shalat bersama mereka. Karena kebiasaan kaum muslimin di sini adalah sangat menaruh perhatian terhadap shalat berjamaah dengan perhatian yang sangat besar, hingga menjadi aib bagi kami jika seseorang shalat fardhu sendirian.
Aku sangat mahir dalam berenang. Aku berenang hingga merasa kelelahan sementara aku berada di daerah yang dalam. Aku memutuskan untuk tidur diatas punggungku dan membiarkan tubuhku hingga bisa mengapung di atas air. Dan itulah yang terjadi. Secara tiba-tiba, seakan-akan ada orang yang menarikku ke bawah… aku berusaha untuk naik…..aku berusaha untuk melawan….aku berusaha dengan seluruh cara yang aku ketahui, akan tetapi aku merasa orang yang tadi menarikku dari bawah menuju ke kedalaman laut seakan-akan sekarang berada di atasku dan menenggelamkan kepalaku ke bawah.
Aku berada dalam keadaan yang ditakuti oleh semua orang. Aku seorang diri, pada saat itu aku merasa lebih lemah daripada lalat. Nafaspun mulai tersendat, darah mulai tersumbat di kepala, aku mulai merasakan kematian! Tiba-tiba, aku tidak tahu mengapa…aku ingat kepada ayahku, saudara-saudaraku, kerabat-kerabat dan teman-temanku… hingga karyawan di toko pun aku mengingatnya. Setiap orang yang pernah lewat dalam kehidupanku terlintas dalam ingatanku…semuanya pada detik-detik yang terbatas…kemudian setelah itu, aku ingat diriku sendiri..!.!!
Mulailah aku bertanya kepada diriku sendiri…apa engkau shalat? Tidak. Apa engkau puasa? Tidak. Apa engkau telah berhaji? Tidak. Apa engkau bershadaqah? Tidak. Engkau sekarang di jalan menuju Rabbmu, engkau akan terbebas dan berpisah dari kehidupan dunia, berpisah dari teman-temanmu, maka bagaimana kamu akan menghadap Rabb-mu? Tiba-tiba aku mendengar suara ayahku memanggilku dengan namaku dan berkata: “Bangun dan shalatlah.” Suara itupun terdengar di telingaku tiga kali. Kemudian terdengarlah suara beliau adzan. Aku merasa dia dekat dan akan menyelamatkanku. Hal ini menjadikanku berteriak menyerunya dengan memanggil namanya, sementara air masuk ke dalam mulutku.

Sekadar gambar hiasan
Aku berteriak-teriak…tapi tidak ada yang menjawab. Aku merasakan asinnya air di dalam tubuhku, mulailah nafas terputus-putus. Aku yakin akan mati, aku berusaha untuk mengucapkan syahadat….ku ucapkan Asyhadu…Asyhadu…aku tidak mampu untuk menyempurnakannya, seakan-akan ada tangan yang memegang tenggorokanku dan menghalangiku dari mengucapkannya. Aku merasa bahwa nyawaku sudah dalam perjalanan keluar dari tubuhku.
Akupun berhenti bergerak…inilah akhir dari ingatanku. Aku terbangun dan mendapati diriku berada di dalam kemah…dan di sisiku ada seorang anggota tentera dari Khafar al Sawakhil (penjaga garis batas laut), dan bersamanya para pemuda yang tadi mempersiapkan diri untuk shalat.
Saat aku terbangun, tentera itu berkata: ”Segala puji bagi Allah atas keselamatan ini.” Kemudian dia langsung beranjak pergi dari tempat kami. Aku pun bertanya kepada para pemuda tentang tentera tersebut. “Apakah kalian mengenalnya?” Mereka tidak mengetahuinya, “Dia datang secara tiba-tiba ke tepi pantai dan mengeluarkanmu dari laut, kemudian segera pergi sebagaimana engkau lihat” kata mereka.
Akupun bertanya kepada mereka: “Bagaimana kalian melihatku di air?” Mereka menjawab,”Sementara kami di tepi pantai, kami tidak melihatmu di laut, dan kami tidak merasakan kehadiranmu, kami tidak merasakannya hingga saat tentara tersebut hadir dan mengeluarkanmu dari laut.” Perlu diketahui bahwa jarak terdekat dengan Markas Penjaga Garis Laut adalah sekitar 20 Km dari kemah kami, sementara jalannya pun jalan darat, yaitu membutuhkan sekitar 20 minit hingga sampai di tempat kami sementara peristiwa tenggelam tadi berlangsung dalam beberapa menit.
Para pemuda itu bersumpah bahawa mereka tidak melihatku. Maka bagaimana tentera tersebut melihatku? Demi Tuhan yang telah menciptakanku, hingga hari ini aku tidak tahu bagaimana dia bisa sampai kepadaku. Seluruh peristiwa ini terjadi saat teman-temanku berada dalam penyelaman di laut. Ketika aku bersama para pemuda yang menengokku di dalam kemah, HP-ku berdering. segera HP kuangkat, ternyata ayah yang menelepon. Akupun merasa bingung, karena sesaat sebelumnya aku mendengar suaranya ketika aku di kedalaman dan sekarang dia menelepon?
Aku menjawab….beliau menanyai keadaanku, apakah aku dalam keadaan baik? Beliau mengulang-ulangnya, berkali-kali. Tentu saja aku tidak mengabarkan kepada beliau, supaya tidak cemas. Setelah pembicaraan selesai aku merasa sangat ingin shalat. Maka aku berdiri dan shalat dua rakaat, yang selama hidupku belum pernah aku lakukan. Dua rakaat itu aku habiskan selama dua jam. Dua rakaat yang kulakukan dari hati yang jujur dan banyak menangis di dalamnya.
Aku menunggu kawan-kawanku hingga mereka kembali dari penyelaman. Aku meminta izin pulang terlebih dahulu. Akupun sampai di rumah dan ayahku ada di sana. Pertama kali aku membuka pintu, beliau sudah ada di hadapanku dan berkata: “Kemari, aku merindukanmu!” Akupun mengikutinya, kemudian beliau bersumpah kepadaku dengan nama Allah agar aku mengatakan kepada beliau tentang apa yang telah terjadi padaku di waktu Ashar tadi. Akupun terkejut, bingung, gemetar dan tidak mampu berkata-kata.
Aku merasa beliau sudah tahu. Beliau mengulangi pertanyaannya dua kali. Akhirnya aku menceritakan apa yang terjadi padaku. Kemudian beliau berkata: ”Demi Allah, sesungguhnya aku tadi mendengarmu memanggilku, sementara aku dalam keadaan sujud kedua pada akhir shalat Ashar, seakan-akan engkau berada dalam sebuah musibah. Engkau memanggil-manggilku dengan teriakan yang menyayat-nyayat hatiku. Aku mendengar suaramu dan aku tidak bisa menguasai diriku hingga aku berdo’a untukmu dengan sekeras-kerasnya sementara manusia mendengar do’aku”.
“Tiba-tiba, aku merasa seakan-akan ada seseorang yang menuangkan air dingin di atasku. Setelah shalat, aku segera keluar dari masjid dan menghubungimu. Segala puji bagi Allah, aku merasa tenang bagitu mendengar suaramu. Akan tetapi wahai anakku, engkau cuai terhadap shalat. Engkau menyangka bahwa dunia akan kekal bagimu, dan engkau tidak mengetahui bahawa Tuhanmu berkuasa merubah keadaanmu dalam beberapa detik. Ini adalah sebahagian dari kekuasaan Allah yang Dia perbuat terhadapmu. Akan tetapi Tuhan kita telah menetapkan umur baru bagimu.”
Saat itulah aku tahu bahwa yang menyelamatkan aku dari peristiwa tersebut adalah karena Rahmat Allah Ta’ala kemudian karena do’a ayah untukku. Ini adalah sentuhan lembut dari sentuhan-sentuhan kematian. Allah Ta’ala ingin memperlihatkan kepada kita bahawa betapapun kuat dan perkasanya manusia akan menjadi makhluk yang paling lemah di hadapan keperkasaan dan keagungan Allah Ta’ala.
Maka semenjak hari itu, shalat tidak pernah luput dari fikiranku. Alhamdulillah. Wahai para remaja, wajib atas kalian taat kepada Allah dan berbakti kepada kedua orang tua.
Ya Allah, ampunilah kami dan kedua orang tua kami, terimalah taubat kami dan taubat mereka dan rahmatilah mereka dengan rahmat-Mu.
 # Semoga kisah ini dijadikan renungan dan iktibar kepada kita semua.. insyaAllah
Sumber: Majalah Qiblati Edisi 10 tahun II, Juli 2007 M
Di muat turun dari: www.

Blogger Tricks

18 April 2014

Iman+Taqwa+ Ilmu+Tazkirah = Kunci Kejayaan


Oleh: Ustazah Nik Norliza binti Mustapa
Situasi A
”Tengok sepupu-sepupu kau, semuanya sudah berjaya, tinggal kat bandar, sudah ada rumah sendiri, kereta sendiri dan bla...bla..bla...kau apa pun tak ada”
 
Situasi B
”Eh, kaya kau sekarang ni, sudah pakai Mercedes, aku selisih dengan kau pun kau buat tak kenal jer ya!mentang-mentang sudah berjaya.” 
 
Situasi C
”Bagaimana dengan anak engkau? Sudah habis belajar ke? O.....Sudah habis, sudah berjayalah ya, apa nak dirisaukan lagi, dia sudah besar.”
 
Apakah penanda aras bagi kejayaan?
 
Mari kita rehat sejenak daripada melakukan kerja-kerja harian. Kita fikir dan zikir kepada Allah untuk diri, kita fikir tentang diri, bagaimana mahu jadi insan sempurna, bagaimana mahu mencapai kejayaan yang hakiki. Ramai orang ingin berjaya tetapi tidak ramai yang mengetahui kunci utama menuju kejayaan. Kita kata mahu jadi manusia yang berjaya, tetapi bagaimana cara hendak berjaya? Kita  kata mahu jadi manusia yang cemerlang tetapi bagaimana mengikut acuan Islam yang benar? Jika diberi pilihan antara ’gagal’ dan ’berjaya’, yang mana satu pilihan kita? Satu dalam sepuluh yang memilih ’gagal’ dan kemungkinan yang memilih ’gagal’ itu mempunyai masalah dalam berfikir.
 
Tidak keterlaluan jika dikatakan terdapat sebahagian orang yang meletakkan kekayaan wang ringgit, harta benda dan pangkat yang dimiliki sebagai ukuran kejayaan. Dialog biasa yang menjadi halwa telinga bila kita dianggap telah melepasi tahap penilaian kejayaan mengikut ukuran masyarakat sekeliling adalah antaranya seperti berikut, ”Kau tak apalah berjawatan besar, rumah besar, kereta besar dan....” kita bangga bila dikatakan begitu. Pernahkah kita berusaha untuk menafikan sebenarnya kita belum berjaya dalam hidup ini, yang ada itu hanyalah pinjaman, yang dilihat itu adalah pada pandangan manusia, bukan pandangan Allah. Yang  kita ingin, yang kita mahu, yang perlu kita usahakan adalah untuk mencapai pandangan Allah, redha Allah dan kejayaan utama di sisi Allah, bukan kejayaan di sisi masyarakat sekeliling sahaja. Dalam hal ini Allah SWT telah memberi pelbagai gambaran yang meletakkan asas terhadap keinginan seseorang itu untuk berjaya dalam kehidupan. Antaranya melalui  peningkatan iman, taqwa, ilmu dan tazkiah  diri.
 
Bicara tentang Iman dan Taqwa
Iman dibina atas dasar membenarkan dengan hati, mengakui dengan lidah dan mengikutinya dengan amalan. Menurut al-Qaradhawi, iman ialah kepercayaan yang meresap ke dalam hati dengan penuh keyakinan, tidak bercampur syak dan ragu, serta memberi pengaruh pada pandangan hidup, tingkah laku dan perbuatan sehari-harian.
 
Tidak dinafikan masyarakat keseluruhannya mengetahui tentang erti iman dan hakikat keimanan, namun apabila ditanya soal yakin, keyakinan itu adakah sepenuh hati? Firman Allah SWT dalam surah al-Baqarah, ayat 146 yang bermaksud, ”Dan sesungguhnya sebahagian daripada mereka berusaha menyembunyikan kebenaran itu, sedangkan mereka mengetahuinya.”Persoalannya sudah tentu berkaitan dengan penerimaan yang tidak sampai ke tahap yakin, walaupun kebenaran itu telah dinyatakan. Oleh yang demikian, dalam surah al-Hujurat, ayat 15 mafhumnya, ”... Hanya orang yang beriman itu ialah orang yang percaya kepada Allah dan rasul-Nya, kemudian mereka (terus percaya dengan)  tidak ragu-ragu lagi.
 
            Dalam Surah al-Anfal ayat 2-4 yang bermaksud, ”Sesungguhnya hanya orang yang beriman itu apabila disebut nama Allah gementar hati mereka dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat Allah menjadikan mereka bertambah iman dan kepada Allah mereka berserah. Iaitu orang yang mendirikan solat dan  yang mendermakan sebahagian dari apa yang Kami kurniakan kepada mereka. Merekalah orang beriman yang sebenar-benarnya...” Ini antara gambaran ciri-ciri orang yang beriman yang mesti ada pada kita.
 
            Sebagai tanda keimanan, kita wajib patuh dan taat segala perintah Allah SWT dan tidak  sekali-kali boleh melakukan perbuatan yang dilarang. Yakinlah kejayaan dalam hidup akan datang apabila kita patuh dan taat pada perintah Allah SWT serta tidak melanggar aturan-Nya. Firman Allah SWT dalam surah al-A`raf ayat 96 bermaksud,“ Dan (Tuhan berfirman lagi): Sekiranya penduduk negeri itu, beriman serta bertaqwa, tentulah kami akan membuka kepada mereka (pintu pengurniaan) yang melimpah-limpah berkatnya, dari langit dan bumi tetapi mereka mendustakan (Rasul Kami) lalu Kami timpakan mereka dengan azab seksa disebabkan apa yang mereka telah usahakan.” Dan firman Allah SWT lagi dalam surah al-Talaq ayat 1-3 yang disebut juga sebagai ayat seribu dinar memberi maksud,”....dan sesiapa yang bertaqwa kepada Allah (dengan mengerjakan suruhan-Nya dan meninggalkan larangan-Nya), nescaya Allah akan mengadakan baginya jalan keluar (dari segala perkara yang menyusahkannya), Serta memberinya rezeki dari jalan yang tidak terlintas dihatinya.....
 
Keimanan juga menjadi asas utama untuk mendapat keberkatan hidup. Allah SWT telah menjanjikan keberkatan yang melimpah ruah dari langit dan bumi jika kita beriman kepada-Nya. Iman  dapat dikatakan sebagai suatu kekuatan, suatu ubat yang mujarab dan suatu senjata yang membawa kebaikan dalam hidup kita. Oleh yang demikian, jika benar kita orang beriman, marilah kita bertaqwa kepada Allah sebagaimana firman Allah SWT dalam Surah al-Taubah ayat 119, ”Wahai orang yang beriman! Bertaqwalah kamu kepada Allah, dan hendaklah kamu berada bersama-sama orang yang benar."
 
Dalam al-Quran banyak dinyatakan ciri-ciri orang yang bertaqwa. Orang yang memenuhi ciri-ciri yang dinyatakan, dijamin akan berjaya kerana mereka dijanjikan jalan keluar  (dari segala perkara yang menyusahkan) dan rezeki dari jalan yang tidak terlintas dihati. (lihat surat at-Talaq 2-3). Ini bermakna orang yang bertaqwa akan diberi petunjuk dan diberi pertolongan Allah SWT. Sebaliknya orang yang tidak bertaqwa akan gagal dalam kehidupan kerana natijahnya nafsu akan bermaharajalela dan kerosakan akan teserlah. Sama-samalah kita berusaha untuk meningkat ketaqwaan kepada Allah SWT.
 
Bicara tentang Ilmu Pengetahuan
 
 Dalam surah al-Mujadalah ayat 11, Allah SWT berfirman yang bermaksud, ”Allah akan meninggikan orang yang beriman antara kamu dan orang yang diberikan ilmu pengetahuan beberapa darjat.”  semaksud dengan ayat ini dalam surah al-Zumar ayat 9, Allah SWT berfirman yang maksudnya, ”Katakanlah lagi,  adakah sama orang yang mengetahui (berilmu) dengan orang yang tidak mengetahui (berilmu)...,”
 
Jawapannya, sudah tentu tidak! Orang berilmu dengan orang yang tidak berilmu jauh sekali bezanya. Untuk memahami sesuatu perkara seseorang hendaklah menguasai ilmu. Ilmu merupakan pelengkap ke arah insan yang beriman, dapat mengukur sejauhmana ketaqwaan kita kepada Allah SWT dan dapat membimbing ke arah kebaikan. Ilmu dan Iman tidak dapat dipisahkan kerana ia saling berhubungan dan saling mempengaruhi. Melalui ilmu manusia jdapat melaksanakan amanah dan tanggungjawab sebagai khalifah di muka bumi ini.
 
Persoalannya, adakah kita termasuk orang yang berilmu? Sebenarnya jika dihitung ilmu yang kita miliki hari ini sebenarnya terlalu sedikit. Kita tidak mengetahui banyak perkara, kita tidak pakar dalam semua bidang. Sayang juga kiranya ilmu yang sedikit milik kita ini tidak dimanfaatkan bagi tujuan agama dan ummah. Ilmu yang ada hendaklah dimanfaatkan, ilmu hendaklah dipelajari, dihayati dan diamalkan. Orang yang tahu, akan menggunakan ”tahunya” pada tempat yang sesuai. Dalam surah al-Kahfi ayat 109 bermaksud, ”Katakanlah (wahai Muhammad): "Kalaulah semua jenis lautan menjadi tinta untuk menulis kalimah-kalimah Tuhanku, sudah tentu akan habis kering lautan itu sebelum habis kalimah-kalimah Tuhanku, walaupun Kami tambahi lagi dengan lautan yang sebanding dengannya, sebagai bantuan".
 
Bicara tentang Pembersihan Jiwa
 
”Dia tidak tidak akan berubah selama-lamanya” layakkah kita untuk berkata begitu? Lagikan kain yang kotor jika diberus dan disabun akan bersih kembali, inikan pula kita manusia, lambat atau cepat akan berubah dengan izin Allah jika kita tahu dan sedar bahawa kelakuan kita sebenarnya tidak cocok dengan ajaran Islam, lalu kita berusaha untuk membersihkan jiwa kita dengan melakukan perkara yang baik dan kita tinggalkan perkara yang dilarang. Kembali kepada tazkiah al-Nafs yang bermakna penyucian dan pembersihan jiwa sebagaimana firman Allah dalam surah al-Shams ayat 9 yang bermaksud,”Sesungguhnya berjayalah orang yang menjadikan dirinya-yang sedia bersih-bertambah-tambah bersih (dengan iman dan amal kebajikan). Dan sesungguhnya hampalah orang yang menjadikan dirinya-yang sedia bersih-itu susut dan terbenam kebersihannya (dengan sebab kekotoran maksiat).” Dapat difahami daripada maksud ayat ini perlunya penjagaan diri untuk sentiasa taat dengan perintah Allah dan meninggalkan larangan syariat dengan tujuan mencapai redha Allah, maka kita akan berjaya.
 
Mari kita kembali kepada fitrah kejadian kita, diciptakan sebaik-baik kejadian dan mempunyai naluri yang bersih seperti kain putih bersih, tidak dinodai oleh mana-mana kotoran pada asalnya, tetapi kerana kita manusia yang sering lupa kita mudah terpengaruh dengan unsur-unsur yang mencemarkan jiwa dan fikiran lalu ia menjadi kotor, perlu dibersihkan dan dijernihkan serta digilap kembali pada landasan yang benar.
 
Oleh yang demikian, mari kita buang sifat tercela yang ada dalam diri, kita hiasi dengan sifat-sifat terpuji. Kita bersihkan diri dan jernihkan jiwa dengan amalan yang merujuk pesan dari al-Quran dan sunnah, kita jadikan pedoman kisah kehidupan para nabi, sahabat, tabi`in, atba-tabi`in, kita rujuk amalan alim ulama’ supaya hidup  tidak sia-sia.  Allah SWT telah berfirman dalam surah Ar-Ra'd ayat 11 yang maksudnya “Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri”. Mari kita ubah cara fikir kita untuk membersih jiwa.
 
Dalam membersihkan jiwa kita tidak terlepas dengan ilmu pengetahuan. Orang yang tidak beramal dengan ilmu, pastinya tidak akan berubah. Mereka tidak dapat membezakan perkara yang hak dan yang batil. Jangan marah jika disebut jahil, tetapi fahami bahawa jahil merupakan hijab kebanyakan manusia untuk mendapat kejayaan dalam hidup. Ibarat orang jahil seperti orang yang berjalan di dalam gelap, akhirnya fikir sendiri kesudahan perjalanan itu... Sebenarnya ilmu tanpa amal adalah rugi, manakala amal tanpa ilmu adalah kosong.
 
Solusi  Menuju Kejayaan
 
Sedar atau tidak, sebenarnya setiap kali azan berkemundang seruan ”hayya ala falah” sebanyak dua kaliyang dapat diterjemahkan sebagai mari menuju kemenangan atau kejayaan memberi pengertian yang cukup luas iaitu kejayaan di dunia dan diakhirat. Orang yang melaksanakan perintah Allah dan meninggalkan segala larangannya adalah orang yang berjaya dalam hidup. Ini kerana ukuran kejayaan hidup seseorang ialah sejauhmana kita taat pada perintah Allah dan meninggalkan larangan-Nya. Kesempatan hidup yang jadi milik kita hari ini, jangan disia-siakan. Mari kita fikir sejenak, adakah bila kita fikir tentang hidup sebenarnya kita fikir tentang mati, bila kita fikir mati, kita fikir balasan, bila fikir balasan, kita fikir tempat kesudahan? Kesimpulannya dari fikir dan fikir kita akan temukan jawapan,  kita ingin menjadi hamba Allah yang berjaya. Kita ingin nikmat dan rahmat-Nya, kita ingin  menikmati syurga Allah tetapi untuk itu semua kita perlu tingkatkan iman dan taqwa, ilmu dan amal serta tazkiah diri dalam kehidupan bagi mencapai kejayaan hidup yang hakiki. Orang yang berjaya orang yang kenal diri, tahu tugas dan tanggungjawab serta tahu tujuan akhir sebuah kehidupan. Mari kita audit diri apakah yang kita ingin dalam hidup ini?
 
*Artikel ini telah diterbitkan dalam Majalah Dian.

16 April 2014

Pengumuman: Ceramah Agama Islam April 2014

Tajuk Ceramah: PERSEDIAAN MENUJU YAUMUL JAZA

Penceramah: Ustaz Dzulkarnain Bin Hamzah

Tarikh: 30 April 2014
Masa: 11:30am-1:00pm
Tempat: Dewan Merak Kayangan

Muslimin dan muslimat semua dijemput hadir






15 April 2014

Hikmah Kematian


Kematian adalah rehat daripada kedukaan dunia 

Soal Jawab Agama Oleh Dr. Amran Kasimin 

SOALAN: Saya seorang saudara baru yang baru sahaja kehilangan suami yang dikasihi dalam usia terlalu muda. Beliau seorang yang bertanggungjawab, prihatin, pengasih, mendidik kami dan selalu berjemaah ketika berada di rumah. 

Tidak lama selepas pemergiannya, saya mula sakit hingga sekarang. Terasa dunia ini tidak bercahaya, malap seumpama kubu yang menyerkup kepala. Saya tabah menghadapi hidup ini, tetapi saya berasa lebih tenang ketika berada di pusaranya. 

Saya tidak sedar yang saya sedang merintih hampir lebih daripada satu jam. Saya tahu, tidak elok saya selalu berbuat demikian, tetapi hanya itulah yang boleh saya lakukan untuk mengembalikan tenaga dan kekuatan. 

Adakah suami saya menyedari rintihan saya setiap hari? Adakah dia bergembira sekarang atau dia juga terlalu kesunyian rindu keseorangan. 

Zainab, KK. 

JAWAPAN:

 Apabila seseorang itu hampir tiba ajalnya, maka Allah akan memerintahkan malaikat maut mengambil nyawanya. Ketika itu malaikat akan tahu bila seseorang itu akan mati, di mana dan dalam keadaan bagaimana. Sebelum itu malaikat tidak tahu. 

Setiap orang mempunyai ketentuan ajal masing-masing. Apabila kematian seseorang itu telah ditentukan, maka ajal itu akan datang, tidak berganjak, terdahulu atau terkemudian daripada tarikh yang telah ditetapkan. Itulah ketentuan daripada Allah yang tidak dapat diingkari oleh manusia. Allah mahukan agar setiap hamba-Nya reda dengan qadak dan qadar ketentuan Allah. 

Apabila nyawa seorang Islam yang beriman itu hendak diambil, Allah mewahyukan kepada malaikat maut, ``kirimkan salam-Ku kepadanya.'' Maka apabila malaikat itu datang kepadanya untuk mengambil rohnya, malaikat akan berkata: ``Tuhanmu kirim salam padamu.'' 

Dalam sebuah hadis lain, daripada Muhammad al-Quradzi menyatakan bahawa apabila sampai ajal seorang mukmin, datanglah malaikat maut berkata: Sejahtera di atasmu wahai kekasih Allah. Allah mengirim salam padamu. Dalam surah an-Nahl: 32 dijelaskan, orang-orang yang bertakwa ialah mereka yang dimatikan dalam keadaan yang baik oleh para malaikat dengan mengucapkan kepada mereka, ``selamatlah kamu.'' 

Abu Hurairah memberitahu, bahawa Rasulullah ada bersabda menyatakan bahawa sesungguhnya orang yang beriman itu apabila hendak diambil rohnya, maka datanglah malaikat rahmat yang membawa sehelai sutera putih, lalu keluarlah daripadanya wangian. Wanginya lebih harum daripada bau kasturi, sehingga sebahagian mereka dapat menghidunya. Mereka menamakannya dengan sebaik-baik nama untuknya, sehingga mereka membawanya ke sebuah pintu daripada pintu langit. 

Para malaikat bertanya, apakah bau-bauan ini didatangkan dari bumi. Setiap kali ia memasuki langit, penjaga-penjaga pintu akan mengucapkan kata-kata seperti itu, sehingga dia bersama segala roh orang yang beriman. 

Dalam sebuah hadis lain, Abu Hurairah memberitakan bahawa Nabi bersabda: Sesungguhnya orang mukmin itu apabila tiba ajalnya, datanglah kepadanya malaikat dengan sekeping kain sutera, padanya ada kasturi, ambar dan harum-haruman. Maka mengalirlah rohnya seperti tercabutnya sehelai rambut daripada adunan tepung dan diucapkan kepadanya: Wahai jiwa yang tenang, keluarlah dalam keadaan reda atas kamu menemui Allah dan kemuliaan-Nya. Apabila rohnya telah keluar, ia diletakkan di atas kasturi juga bau-bauan, lalu kain sutera itu pun dilipat dan dibawa bersamanya ke Illiyiin - hadis riwayat al-Barra. 

Rasulullah menjelaskan bahawa roh seseorang yang beriman itu tidak akan dicabut, keluar daripada jasad sehinggalah Allah memperlihatkan tempatnya yang kekal kelak, iaitu di syurga. 

Sesungguhnya, kematian bagi orang yang beriman itu adalah rehat daripada segala kedukaan dunia. Dalam keadaan seumpama ini, tidak ada sesuatu perkara yang ghaib, yang dinantikan oleh orang yang beriman, lebih baik daripada kematian. 

Sesungguhnya, kehidupan di dunia ini pinjaman semata-mata. Orang yang bijak akan menjadikan dunia ini laluan semata-mata, seumpama tidak ubah orang yang menyemai, bakal dituai di akhirat kelak. Itulah orang yang mendapat hidayah Allah, mentaati perintah-Nya dan menjauhi segala larangannya. 

Manusia hidup perlu berjuang. Mempunyai tanggungjawab yang mesti dipikul, untuk diri sendiri, keluarga, agama dan negara. Di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung. Yang terbaik menang, dan yang leka akan tinggal ke belakang. Itulah adat perjuangan. Kekayaan yang dimiliki, anggota tubuh badan yang dinikmati mesti digunakan sebaik mungkin, termasuk usia yang diberi. 

Semuanya akan ditanya oleh Allah, untuk apa, bagaimana dan kenapa ia digunakan. Mereka yang terpesona dengan keindahan dunia akan hanyut di bawah tekanan dan kekangan nafsu. Kerana itu, selagi nyawa ada di badan, perjuangan mesti diteruskan. 

Orang yang beriman, menggunakan segala amanah yang diberi oleh Allah sebaik mungkin, sentiasa bersedia menghadapi mati, lantaran mati itu boleh berlaku pada bila-bila masa menurut ketentuan Allah. 

Sebelum mati, ia akan didatangi oleh malaikat maut yang membawa salam daripada Allah, petanda kasih Allah, menjemput kekasih-Nya kembali menemui-Nya. Sebelum roh berpisah dengan jasad, Allah perlihatkan syurga baginya. 

Syurga adalah kemuncak segala nikmat yang tidak dapat diluahkan melalui ungkapan kata. Bagi mereka yang berjuang untuk hidup di dunia, untuk diri, agama, negara, keluarga dan kerana Allah, apabila diperlihatkan kepadanya syurga, hamba berkenaan akan merasai betapa nikmatnya hidup di syurga, berbanding dengan hidup di dunia yang penuh dengan pelbagai perjuangan, hiruk-pikuk penipuan dan pesona. 

Orang yang berada dalam pesona syurga, ketika dalam keadaan sakaratul maut tidak dapat menahan diri untuk menikmati syurga yang diperlihatkan kepadanya. 

Walaupun demikian, hamba berkenaan tidak akan dapat menikmati kehidupan di syurga, kecuali setelah mati terlebih dahulu. Kerana itulah hamba berkenaan terlalu inginkan mati, untuk segera menikmati syurga. 

Mati bererti menemui Allah, kerana itu, apabila seorang hamba yang beriman itu reda untuk mati, bererti dia reda untuk bertemu Allah. Dalam keadaan sedemikian rupa, apabila seseorang itu reda untuk bertemu Allah, maka Allah lagi suka menemui hamba berkenaan. 

Hibaan bin al-Aswad pernah berkata, ``mati itu lebih baik bagi menyampaikan seorang yang kasih, kepada kekasihnya, iaitu Allah'' 

Sesungguhnya, apabila seseorang itu telah meninggal dunia, hakikatnya dia telah meninggalkan kehidupan yang fana, yang tidak kekal ini. Apabila dimasukkan dalam kubur, dia berada di alam arwah atau alam roh-roh. Kehidupan di alam kubur adalah sebahagian daripada alam akhirat. Di antara alam fana dan alam akhirat ada pendinding yang tidak boleh tembus-menembusi di antara satu dengan yang lain. 

Bagi orang yang beriman, selain dipermudahkan ketika sakaratul maut, diberi penghormatan seperti yang dijelaskan dalam hadis-hadis yang diterangkan di atas, ia juga diberi nikmat ketika di kubur. Kerana itu, persoalan sama ada roh suami puan sekarang dalam keadaan gembira atau terlalu kesunyian merindukan puan tidak timbul sama sekali. 

Perbandingan seorang mukmin ketika hidup di dunia, adalah seperti janin dalam kandungan ibunya. Apabila dia telah keluar daripada kandungan, dia menangis di tempat keluarnya, sehingga dia melihat sinar dan menyusu, ketika itu dia tidak ingin lagi untuk pulang ke dalam rahim. 

Begitulah keadaan orang yang beriman yang telah mati dan menemui Tuhannya, tidak lagi dia ingin untuk kembali ke dunia, tidak ubah seumpama janin yang tidak ingin ke dalam rahim ibunya. 

Gambaran nikmat yang dijelaskan ini adalah bagi mereka yang beriman. Ketika hampir mati dan melihat apa yang telah disediakan oleh Allah untuk dirinya, mereka begitu ingin untuk keluar dari dunia, iaitu mati. Bagi orang kafir, apabila hampir mati dan melihat apa yang disediakan oleh Allah, akan menjadi benci untuk keluar dari dunia, kerana itu Allah juga benci menemuinya. 

Ibn Juraij memberitahu bahawa Nabi pernah bersabda kepada Aishah radialahuanha: Apabila seorang mukmin itu melihat para malaikat, mereka akan bertanya: Inginkah engkau kiranya kami kembalikan engkau ke dunia. Orang yang beriman itu bertanya: Ke negeri sedih dan dukacita. Kerana itu segeralah bawa kami kembali kepada Allah subhanahu wa taala. 

Mati bukan penghujung kehidupan seseorang yang sebenar, kerana selain daripada hidup di dunia, manusia akan dibangkitkan di akhirat yang kekal lagi abadi. Allah menjanjikan kebahagiaan mereka yang beriman kepada-Nya di dunia dan di akhirat, termasuk ketika menghadapi saat genting sakaratul maut. 

Berdukacita, merintih rindu tidak berupaya merobah keadaan biar sedikit pun. Allah mengasihi suami puan dan mengambilnya lebih awal dalam dakapan kasih-Nya. Allah lebih mengetahui untuk membalas hamba yang dikasihi-Nya, lebih daripada apa yang puan boleh lakukan untuknya, kerana Allah itu Maha Pengasih Lagi Penyayang yang tidak dapat dibandingkan dengan kasih sayang manusia. 

Suami puan tidak keseorangan didakap rindu kerana meninggalkan dunia yang penuh dengan pelbagai dukacita. Zaid bin Aslam pernah memberitahu, ``apabila seorang mukmin itu didatangi waktu hampir mati, akan diucapkan kepadanya, jangan kamu takut terhadap peristiwa yang akan berlaku, di mana ketakutan pasti terhapus. 

``Jangan dukacita terhadap dunia dan penghuninya, iaitu keluargamu. Gembirakan dengan nikmat syurga, di mana segala kebimbangan akan lenyap. Jangan berdukacita, kamu pasti akan meninggalkannya, padahal ketika itu, iaitu sebelum meninggal, Allah telah pun menenangkan hatinya.'' 

Ad-Dhaaak menjelaskan bahawa kegembiraan itu diketahui oleh mereka yang beriman sebelum roh berpisah dari badan dan mereka telah mengetahui di mana mereka akan berada, iaitu di syurga. 

Tidak mudah mengikis rasa rindu kehilangan orang yang dikasihi. Demikianlah di antara tanda-tanda kasih sayang. Tidak mudah memujuk kesunyian hilang teman, hilang tempat bergurau senda dan mengadu kasih, tempat harapan. Berapa berat mata memandang, berat lagi bahu yang memikul. 

Walaupun demikian, kalau setiap orang itu berupaya memikiri tentang ketetapan Ilahi, qadak dan qadar ketentuan Allah, kesedaran akan timbul, bahawa tidak ada manusia yang berupaya mengubah ketentuan-Nya. Allah Maha Mengetahui rahsia yang tidak terungkai oleh pemikiran manusia di atas ketetapan-Nya. 

Sesungguhnya di sebalik rindu dan rasa hampa, tenaga, masa dan pelbagai usaha tetap diperlukan untuk menghadapi sisa-sisa hidup yang masih tidak menentu. Kerana itu usaha memperoleh tenaga dan rintihan terhadap orang yang telah pergi adalah sesuatu yang sia-sia 

14 April 2014

Mari Perbaiki Bacaan Al-Fatihah

Bismillahirrahmanirrahim..

Pernah atau tidak anda terfikir dan berasa pelik kenapa bila anda dah solat, tapi masih rasa solat tak sempurna (ada macam tak kena), anda sudah solat cukup 5 waktu tapi masih lagi melakukan dosa yang berterusan, dan ada waktu hati anda masih rasa tidak tenang? Sedangkan solat itu mencegah kita dari melakukan dosa dan sentiasa membuat hati kita tenang. Dimana silapnya? Mungkin topik dalam artikel kali ini antara sebabnya mengapa semua perkara tadi masih lagi berlaku.

Tahukah anda, semasa solat, wajib kita membaca Al-Fatihah dengan sebutan makhraj yang betul, tajwid yang betul, tartil yang betul, agar solat itu sah. Jika tidak, solat itu tidak sah. Selain rukun qauli yang wajib dipenuhi, iaitu wajib membaca Al-Fatihah secara berlafaz, tidak sah solat jika dibaca berbisik, suara angin, atau dalam hati, sekurang-kurangnya bacaan itu didengari oleh telinga sendiri, baru sah solat.


Haa... selama ini ada yang ambil berat tak soal kesempurnaan solat seperti kesalahan-kesalahan bacaan Al-Fatihah yang mengundang kepada tidak sah solat? Jadi kali ini mari sama-sama kita rujuk semula samada bacaan Al-Fatihah kita betul atau salah. 

Baiklah, antara kebiasaan kesalahan yang dilakukan orang ramai:

1. Huruf Ba  pada Bismillah tidak berbunyi. Nak sebut slow punya pasal,  sehingga disebut ...Ismillah hirrohma nirrohim". Sebutan ini salah.


2. Huruf Hha pedas ح pada "rahman" dan "rahim" tidak disebut Hha pedas, hanya sebut haa biasa (haa simpul) (ه).


3. Tertukar sebutan pada BismilLAH, "LAH" itu dibaca Lam bertemu Hha pedas (ح) sedangkan Lam bertemu Haa simpul (ـه).


* Ingat tau.. eja Allah ialah "alif lam lam ha"


4. Salah menyebut huruf Ro baris atas dengan sebutan Raa yang sangat jelas "aaaa" nya. Sedangkan sebutannya "Rohman", bukan rahman, rahman ini cuma ejaan rumi sahaja sebagai tanda ro tu baris di atas.


5. Huruf Alif tidak disebut semasa membaca ayat kedua. Sebab nak cepat, ada yang salah menyebut "...Lhamdulillah...". Pastikan sebut dengan jelas "Al ham du lillah.."


6. Sebutan "Alhamdulillah..." pada ayat kedua juga selalu ada yang salah sebut begini "ALLEHAM DU LILLAH". Sebutan "Alle.." itu salah. Berhati-hati yaa.. Matikan huruf Lam tersebut. Sebutan betulnya "AL ham du lillah"


7. Huruf Hha pedas ح pada "al HAM du" hanya dibaca "haa" biasa/simpul (ه).


8. Sebutan "..duLILLAH", tidak disabdukan "LIL" dengan "LAH", hanya baca "Li-lah" sedangkan patutnya sabdu.


9. Sebutan "robbil 'AAlamin", huruf ain (ع) disitu ada yang salah sebut dibaca dengan huruf alif, 'aa jadi aa (ا ). Ingat, disitu huruf ain bukannya alif..


10. Huruf ro tidak disabdukan pada sebutan "aRRohmaaniRRohim". Ramai orang baca "...a-rohmaani-rohim.." ini salah sangat-sangat, sebab itu nama-nama Allah. Sepatutnya ia dibaca ARROHman dan ARROHim. Dan ramai tak baca huruf Hha pedas (ح) tu betul2 pada Ro mati bertemu Hha, cuma baca macam Haa biasa/simpul. ROHH tu macam Ro pedas. Rohhhhhh, pekatkan "hhhh" tu.


11. Huruf mim pada sebutan "MAAlikiyau" tidak dibaca dua harakat, ramai yg baca 1 harakat "...malikiyau...". Ini salah. (Bacaan ini ada 2 wajah namun kita di Malaysia berpegang pada bacaan dua harakat)


12.Tidak mensabdukan huruf Dal pada sebutan "miDDiin", sedangkan ia sepatutnya bersabdu.


13. Haa... yang ini pun ramai selalu sangat salah, tidak mensabdukan huruf Yaa pada "iYYAkanaq buduwaiYYaa". Sebutan yang betul ialah IY-YA, bukan "I-YA" atau "EE-YA". Kena tekan sikit kat IY dan panjangnya dua harakat, bukan satu harakat.


14. Huruf ain pada "iyyakanAQ" hanya disebut KANAK. Ini pun salah. Disitu nun mati bertemu ain ya, bukan bertemu kaf.

15. Selalu salah baca huruf dal dan wau pada "buDUWA" dengan 2 harakat, sedangkan ia mesti dibaca dengan 1 harakat sahaja. Sebutan yang betul ialah "...buduwaiyyaa...", bukan "...buDUU waiyya..." atau "....budu WAA iyya..."


16. Huruf ain tak disebut dengan betul masa "kanasta'IN". Ramai yang sebut sebagai alif, "ka nas ta in", ini salah. Tekankan sedikit sehingga sebutan itu betul huruf ain.


17. Pada "IHdinaussiro..." ada yang terlebih-lebih tekankan huruf Hha sehingga sebutan melampau menjadi "EHhhh.." "Eiih.." dan sebagainya. Sebutan yang betul ialah sebut Hha biasa sahaja. "Ihdinaussiro."


18. Pada "Ihdinaussiro..." juga, ramai baca nun mati bertemu sin, padahal disitu nun mati bertemu sod. "auss" pada sebutan "NAUS" tu kena tekan sikit. Kalau kitab rumi lama, pengarang eja ia sebagai "Ihdinaush-shiro". Bukan suruh baca "naush" mati dengan syin, tapi supaya ditekankan sod tu. Faham tak? Maksud Asyraf, muncungkan mulut anda bila menyebut "Nauss".


19. "Sirootolmustaqim.." ramai baca huruf Ro tu hanya satu harakat, sepatutnya dua harakat.


20. "...Mustaqim", sebutan patutnya QIM, bukan KIM, sebab huruf tu huruf Qof bukan Kaf.


21. "Sirootollazi..." ramai sebut "SI" itu sebagai huruf sin, bukan huruf sod, padahal "SSI" tu patut ditekankan sikit sebab ia huruf sod. Huruf "Ro" pula patut panjang 2 harakat, tapi ramai yang baca dengan 1 harakat. "laZI", huruf tu huruf dzai, bukan zzai, huruf dzai lembut bunyinya, di hujung lidah kita di belakang gigi.


22. "Na-an'am..." ramai sebut AN tu dengan sebutan huruf AIN, padahal ianya huruf alif, manakala ada juga sebut 'AM tu pula dengan huruf alif, padahal ianya huruf ain. Tak kurang, ada juga yang sebut "ANA'AM". Sebutan begini salah. Jika hadapi kesulitan, dah usaha betulkan masih tak dapat juga, jangan begitu jelas sangat bunyinya.


23. Kesalahan seterusnya ialah, suka berhenti pada "Ghairilmaghduu bi'alaihim". Tak boleh berhenti situ. Kalau nak berhenti, henti pada sebutan "Na an'am ta'alaihim". Kemudian sambung nafas baru pada "Ghairil maghdu...". Okay?


24. Pada sebutan yang sama tadi, kita tak sebut huruf "Gha" tau, apabila mim mati bertemu Gha, sepatutnya maghdu, disebut "makdu" atau "maqdu" sahaja.


25. "bi'A laihim", ain disebut alif sedangkan disitu huruf ain.


26. "Waladdoollin". Pada sebutan "Ladd" itu ada yang selalu sebut Lam mati bertemu dal, sedangkan ia bertemu dod. Kena tekan dalam sikit pada dod tu. Lebih kurang begini ruminya, "Walaudd" (lidah melekat pada depan rahang/lelangit). Kemudian, sebutan "DOOOLlin" selalu ramai yang baca tak sampai 6 harakat, sedangkan ia wajib dibaca dengan 6 harakat pada huruf dal bertemu sabdu Lam.


27. Kesalahan seterusnya ialah pada setiap hujung-hujung ayat, harakatnya mestilah dibaca sama dari permulaan hingga habis. Boleh pilih ikut keselesaan anda, ia boleh dibaca pada dua, empat atau enam harakat. Sebagai contoh ia dibaca 4 harakat, "BismillahirrohmanirroHIIMMMM.


.", Alhamdulillahhirrobbil 'alaMIINNNN" "ArrohmanirroHIIMMMM". Faham tak? Ini macam syair atau pantun lah, rima akhir kena sama panjang dan sebagainya. Tak boleh baca ikut sedap saja, ayat pertama dua harakat di penghujung, ayat kedua enam harakat di penghujung. Ini salah. Nak sempurnakan bacaan. Pastikan penghujung ayat itu habis dengan harakat yang sama, teratur dan berirama.

Semua ini kesalahan-kesalahan biasa yang selalu berlaku dalam bacaan Al-Fatihah. Sebenarnya banyak lagi kesalahan lain. Boleh rujuk dengan yang lebih arif. Nak belajar Al-Quran sebenarnya ada adab, kita kena duduk berhadapan dengan guru. Supaya apa yang kita sebut, dan apa yang diajar oleh guru lebih jelas. Bukan belajar di internet semata.


Apa pun, harap anda dan saya, kita sama-sama ambil iktibar, perbaiki bacaan Al-fatihah agar betul dan agar solat sah. Sesungguhnya solat itu dapat mencegah dari perbuatan keji dan mungkar. Jika tak dapat mencegah kita dari melakukan semua itu, there must be something wrong


dengan solat kita. Kan? Lagi satu, kalau lelaki nak kahwin nanti pun, tak boleh failed tajwid Al-Fatihah ni tau. Nak jadi Imam nanti. Jadi, bolehlah perbaiki mulai sekarang. In Shaa Allah, masih belum terlambat.

di bahagian kiri bawah artikel ini. Moga Allah ganjarkan pahala kebaikan buat kita semua. Mudah-mudahan Allah redha dengan ilmu yang dikongsi ini.


Sekian, Wallahualam Bissawab


Kredit Ilmu : 

1. Ustaz Azhar Idrus

2. Ustaz Don Daniyal

3. Ustaz Ahmad Adnan Fadzil

4. Fatih Seferagic


Hasil Nukilan :http://asyrafkhalib.blogspot.com/

Bacaan Al-Fatihah hendaklah betul dijaga tajwidnya. Berikut dikongsikan cara baca Al-Fatihah dengan betul. Cara bacaan Al-Fatihah ini adalah cara bacaan Rasulullah saw yang sebenar yang ditunjukkan oleh Syiekh Gurra Muhammad Kuraim Rajih dari Syria. Bacaan yang sanadnya bersambung hingga ke Rasulullah SAW. Wallahua’lam
Cara Baca Al-Fatihah Dengan Betul






Nota: Pihak AJK musolla balai felda bersedia mendengar bacaan fatihah anda. Sila hantar email kepada musolla@feldaglobal.com. Semoga Ilmu yang dikongsi ini dapat dimanafaat bersama-sam demi untuk memperbaiki bacaan Al-fatihah.

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More